"Another summer day,Has come and gone away... In Paris
and Rome, But I wanna go home...Mmmmmmmm.."(Home, by: Michael Buble)
....
Home. House.secara harfiah memang semua artinya merujuk pada
suatu benda fisik berupa bangunan dengan tembok, atap, pintu, dan jendela. dan
dalam bahasa kita itu adalah "RUMAH". hanya "RUMAH". tetapi
satu kata itu memiliki penafsiran yang beragam. bahkan mendalam. Mungkin anda
juga pernah mendengar bahwa "HOME" dan "HOUSE" memiliki
penafsiran yang berbeda. "HOUSE" adalah kata yang merujuk pada bentuk
fisik dari rumah itu sendiri. seperti yang telah disebutkan sebelumnya. sebuah
bangunan dengan tembok. atap,pintu, dan jendela. tetapi "HOME" lebih
mengarah pada makna psikis dari rumah itu sendiri. Umm..yaah...memang sedikit
sulit untuk mendeskripsikannya.
Makna "Home" lebih cenderung kepada isi sebuah
rumah. isi? apakah kursi, meja, ataupun perabot-perabot indah di rumah?
ooh..tentu saja bukan! isi yang dimaksud adalah orang-orang yang ada di
dalamnya. "Keluarga":). itulah mengapa dalam bahasa inggris
"pulang" adalah "go home". masih sulit memaknainya?
bagaimana dengan peribahasa ini; "A House is build by hand,but a home
is build by heart" (semoga penulisan bahasa inggrisnya tidak
salah..:S) atau kalau ingin lebih dramatis, dengarkan saja lagu dari sepenggal
lirik di atas..:D
....
bicara soal rumah, saya selalu tertarik dengan sesuatu yang
berkaitan dengan rumah. mulai dari bentuk rumah itu sendiri, sampai dengan
desain interior maupun eksteriornya. rumah dan segala tetek bengeknya selalu
jadi topik menarik bagi saya. bahkan sewaktu masih SD dulu, saya bercita-cita
ingin menjadi arsitek(namun akhirnya cita-cita itu pupus karena ternyata saya
kelewat payah dalam matematika..hahaha..:P). namun walaupun cita-cita itu
pupus, sampai saat ini rumah selalu membuat saya tertarik. apabila saya dalam
perjalanan ke suatu tempat, entah itu pergi ke luar kota, atau sekedar di dalam
kota bahkan di dekat-dekat rumah saya sendiri, saya selalu memperhatikan
rumah-rumah yang saya temui di perjalanan. sambil memperhatikan, saya mulai
berkhayal dan berpikir. ketika saya melewati rumah mungil dengan halaman yang
luas, berumput rapi dan penuh tanaman saya berkhayal; "suatu saat nanti,
ketika aku telah membangun kehidupanku sendiri, aku ingin punya rumah seperti
ini". kemudian saya berjalan lagi, dan menemukan rumah yang lain, rumah
yang berdiri megah, bertingkat, berpagar tinggi dengan pilar besar bak kastil
kerajaan, khayalan yang tadi berganti lagi: "hmm..tapi tidak ada salahnya
juga punya rumah model begini..". begitu seterusnya. khayalan itu terus
berganti ketika saya menemukan rumah-rumah lain yang menurut saya menarik untuk
dikhayalkan. tidak hanya berkhayal. saya juga selalu berpikir. atau lebih
tepatnya membayangkan. ketika saya melewati rumah bergaya kuno dengan
arsitektur peninggalan belanda, saya membayangkan tentang apa yang ada di dalam
rumah itu. apakah semua barangnya juga kuno? apa saja ruang-ruang yang ada di
dalamnya? apakah ada banyak ruang? apakah suasana di rumah itu hangat?
kemudian, bagaimana rasanya apabila aku yang memiliki rumah itu? bagaimana jika
aku yang tinggal di sana? apakah aku akan memiliki kamar sendiri? dan bagaimana
nantinya aku akan menata kamarku? dan apakah aku punya cukup banyak ruang atau
cukup luas ruang untuk menikmati waktu-waktu sendiriku? seandainya saja saya
bisa jadi "invisible" dan dengan mudahnya bisa keluar-masuk untuk
mengobservasi apa yang ada di dalam rumah-rumah itu. :D
....
entah mengapa saya selalu antusias dan selalu berkhayal
begini-begitu tentang rumah yang saya temui di jalan. saya juga tidak pernah
keberatan apabila ada yang sekedar mengajak saya "muter-muter" tidak
jelas atau istilahnya "cari angin". apalagi ke daerah yang belum
pernah saya kunjungi. karena di sana pasti akan ada lagi rumah-rumah yang
menarik hati. Dan ternyata, kebiasaan ini ada buruknya juga. kebiasaan ini terkadang
membuat saya jadi kurang bersyukur dengan rumah saya sendiri. sering juga
timbul dalam pikiran saya; "seandainya rumahku punya halaman luas berumput
hijau,..seandainya rumahku megah dengan pagar tinggi yang kokoh,..seandainya
juga ruang-ruang di rumahku lebih luas dan lebih banyak..."
seandainya rumahku begini....
seandainya rumahku begitu...
seandainya rumahku seperti rumahnya...
seandainya rumah itu milikku....
dan "sendainya-seandainya" lain yang tidak
realistis, haha..:D
....
tetapi setelah kini saya hidup "sedikit" jauh dari
rumah (selama ini saya tidak tinggal dirumah saya sendiri, karena saya
berkuliah di luar kota yang jaraknya hanya satu jam dari kota tempat rumah
saya)ada satu hal yang saya mengerti. apalagi setelah tahu betapa sedihnya
apabila mereka (teman-teman kampus yang indekos jauh sekali dari kampung
halamannya) mulai merasa rindu dan kemudian tiba-tiba semua yang ada di
sekitarnya terasa asing, dan ketika mereka ingin bertemu dengan keluarga untuk
melepas rindu,ternyata tidak bisa pulang. terlebih lagi ketika mereka ada dalam
keadaan tertekan dan butuh dukungan keluarga. saya yang tinggal di rumah
saudara saja terkadang masih merasa seperti itu,apalagi bagi mereka yang hanya
indekos? satu hal yang akhirnya bisa saya mengerti mengenai rumah itu adalah;
"rumah bagi saya adalah "HOME" bukan
"HOUSE". rumahmu adalah tempat dengan pintu yang selalu terbuka
untukmu. selama apapun kamu meninggalkannya, sejauh apapun kamu pergi darinya,
tempat yang selalu menunggumu pulang, dan tempat yang tidak akan pernah
membuatmu merasa asing"
....
home sweet home
rumahku, surgaku
baiti, jannati...:)
....
"And I’m surrounded by A million people
I Still feel all alone Oh, let me go home
Oh, I miss you, you know"(Home, by: Michael Buble)
No comments:
Post a Comment